Kumpulan Puisi Muhammad Latief

IBUKU

Ku bingkai sepucuk surat di atas tilam putih
merona warna didinding kayunya
kusulam mengelilingi lembutnya katun terkesima..
tak lelah ku tulis kata alay
tak bosan ku guratkan kalimat lebay
hanya untuk menerjemahkan rasaku pada jiwa yang diam..
betapa lebih baik jujur lalu hancur dari pada dusta namun buta..
karena rasa ini begitu sulit ku pendam
begitu erat melekat pada dinding kepalaku
setiap doa yang kau berikan untukku
setiap bulir air mata yg terjatuh di wajahku
begitu hangat laksana malaikat yang mendekat menaburi berkah di senyumanmu
terimakasihku padamu ibu,yang tak pernah lelah menuntunku...

(Muhammad Latief) with gitar tua dan sepotong ubi rebus di emperan toko.


                                                             ASA

Dalam mana kita merangkai angan
tak setapakpun menuai asa
dalam mana kau merangkai mimpi
tak setapakpun menuai nyata
disanalah di butuhkan air mata
agar kita tau cara merendahkan hati

besarnya hati seperti pagi
tak lelah menerangi lalu mensyukuri
bijaksana seperti malam
tak muak memberi sandaran pada lelah lalu di lupakan

disitulah kita butuh petunjuk jalan
agar kita tahu bahwa kita punya harapan untuk masa depan...


KAMI MUAK
Rakyat udah ga perduli dengan meja DPR
mau terlentang kaki di atas meja sambil main Ipad ke'
mau tiduran di atas meja ke'
mau shoping di waktu jam kerja ke'
mau kerja setengah hari ke'
mau jalan jalan ke luar negri ke'
mau jual beli kasus ke'
mau maen perempuan ke'
mau ngeboongin rakyat tiap hari ke'
maui hasil mau kaga ke'

Rakyat hanya berfikir bagaimana caranya hari ini
bisa kebeli beras sama sekaleng susu yang kaga ada merknya,
seperti kata ibunya temen gw punya saudara kakak iparnya
itu juga kata pamannya bapak kakak iparnya
keturunan embahnya yg no 10 dari buyutnya yg bontot
"YANG KAYA MAKIN KAYA,YANG MISKIN KATANYA SABAR AJA DEH''


                                                        BIJAKSANA

Ku taburi sepiku bersama sebuah mimpi
yang setiap malam selalu mengisi langit langit kepalaku...
sering ku tautkan perjalanan ini bersama satu keyakinan
hingga ku benamkan pada kedua tanganku seraya tengadahkan kepala

ku sandarkan perjalanan panjang ini
pada sebuah kepasrahan hidup bukan menyerah pada keadaan
berpijak pada sebuah pilihan yang memang telah kuyakini untuk kumiliki
memahami apa itu

jati diri
adalah dimana fikiran kita berkata tidak tapi hati kita iya
membuat hati bisa menjadi lebih bijaksana dalam memilih
tenang dalam diam bersama sebuah kepekaan diri
terhadap sesuatu di sekitar kita...

tetap berpegang teguh pada nurani
dan katakan benar jika itu benar
katakan salah jika itu salah...


                        GAMBARMU RINDUKU

Malam merambat pelan membisu pekat
mengendus terkulai di tepi malam
Sisa tonggak tonggak asa merapuh kering
Aku berjalan orang cibirkan mulut
Aku bicara mereka tutup hidung
Ku hisap dengus kepongahan muak
Ku genggam desah sesak nafas ini
Berharap setitik menjadi sebelanga
Menanti dititian getas gelap meronta
Disisi satu puisi dan genggam gambarmu rindu...



                                        DALAM HENING

Riuh semilir angin sentuh dedaunan
Menerapkan titian desah dalam dan panjang
Derap kekacauan bambu bersentuhan pekak
Rona hewan memerah takut
mengaduh sembunyi di bawah tiang tiang basah
Periuk kering dihempas air dan angin
Aku telanjang berlari menutup kepalaku
Dengan air mata yang terbawa lebatnya hujan itu diantara hati yang retak dan lusuh
Berteriak sekeras baja
tengadahkan wajah
Pada langit hitam yang basah
Dimana kawanku....


                                            HUJANKU

Hujanku rebahkanlah rinduku didalam dadanya
hujanku percikkanlah teduhmu agar bisa meredam hasratku
ingin teraih sejuk duduk disisiku disini
sambil ditaburi hangat senyumannya

Hujanku,sampaikanlah dengan kata yang paling indah
seperti kata para pujangga pujangga dahulu padanya
karena aku begitu tak tau bagaimana cara memujinya
dan aku tak pandai untuk merangkai kata terindah....

hujanku,aku merindukannya....




                                                FOTOMU

Setumpuk rasa tertata teduh
Beriringan menghiasi dinding kepalaku
Kutuangkan sederet makna dalam kata
Kedalam setangkai melatiku layu dalam lipatan buku puisi puisiku
Ada sendu dalam kalbu
Ada rindu dalam benakku
Kukaitkan jariku pada sebuah foto
Kutatapi dengan penuh tanya
Kurajamkan hasratku dengan penuh asa
Apakah sejati ucapnya...




No comments:

Post a Comment